Selasa, 11 November 2014

Yang Dirindunya

Malam sudah larut, perempuan itu sedang diterpa rindu. ia baik baik saja disini, ia pun tau yang sedang di rindu pun pasti baik baik saja disana. Jarak yang tidak baik baik saja sekarang… perempuan itu menarik nafas sedalam dalamnya hingga paru paru tak sanggup lagi menampung oksigen, dihembuskannya perlahan berharap dengan cara seperti itu membuat jarak bisa kembali baik baik saja. Tapi yang dirasa malah lebih parah, sesaat setelah dihembuskan perempuan itu sadar jarak masih sangat jauh.

Paru paru perempuan itu seperti ada sekat mengahalangi udara masuk, membuatnya terengah engah serta jantungnya makin berdegup kencang, tangannya berkeringat, keringat dingin, entah karena cuaca yang memang sedang dingin, atau karena pendingin ruangan dikamarnya. Begini rindu yang selalu datang tiap hari..  Oh ya, dingin… mengapa dingin selalu dikaitkan dengan rindu?

Tepat beberapa minggu lalu, perempuan itu tau keadaan tak akan lagi sama, yang dirindunya pergi sebentar, hanya sebentar ia tau, namun diwaktu sebentar itu keadaan pasti berubah… lalu, waktu yang dirindunya masih disini, ia tau semua akan baik baik saja selama mereka bersama setiap hari, apapun keadaan yang menerpanya, perempuan itu mengandalkan yang dirindunya disini.


Yang dirindunya baru saja mengabarkan kabarnya lewat teknologi digital yang memungkinkan mereka bertatap muka, senang rasanya perempuan itu, ia ingin melimpahkan semua rasa rindunya, tapi ditahan. Ia tak ingin terlihat sangat merindukan, walaupun raganya seakan akan ingin memeluk erat telepon genggamnya, walaupun rasanya ingin saja tidur tanpa mematikan telepon genggamnya karena ia merasa dekat hanya lewat gelombang suara, beberapa kali yang dirindunya merasa konyol melakukan itu dan tertawa. Tawa yang dirindunya sangat dinanti seperti pelukan yang diharap tidak akan lama lagi disini…. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar